Jeritan Pensiunan PTPN II: Sudah Tua, Gaji Pun Tak Cukup Makan
Tanjung Morawa |sumutmerdeka- Ratusan pensiunan eks PTPN II yang kini berada di bawah naungan PTPN I Regional I, turun ke jalan dalam aksi damai menuntut kejelasan hak mereka yang mangkrak selama bertahun-tahun.
Aksi ini berlangsung pada Selasa, 8 Juli 2025, dengan titik kumpul di Lapangan Garuda, Dusun XII, Desa Buntu Bedimbar, Tanjung Morawa.
Dengan langkah kaki yang mulai renta dan semangat yang tersisa dari masa-masa mengabdi di perkebunan, para pensiunan menyuarakan tuntutan atas ketidakadilan yang mereka alami—mulai dari tidak diterimanya jatah beras pensiun sejak tahun 2008, hingga nilai pensiun yang tak mencukupi biaya makan harian.
“Saya hanya terima Rp200 ribu per bulan. Untuk beli beras pun kurang. Kami sudah terlalu lama sabar,” kata Ponirin, salah satu pensiunan asal Pagar Merbau, yang mengaku pernah bertugas menjaga areal perkebunan dan desa selama bertahun-tahun.
Dari Komplek Lama ke Kantor Direksi: Tak Ada Jawaban yang Didapat
Setelah menyampaikan orasi tanpa tanggapan berarti, massa kemudian melanjutkan aksi dengan berjalan kaki menuju Kantor Direksi PTPN I Regional I di Jalan Lintas Sumatera, Jarak sekitar 400 meter ditempuh di bawah panas matahari, dengan harapan bisa bertemu langsung dengan pihak manajemen.
Namun hingga siang menjelang sore, harapan itu tidak kunjung terjawab. Justru, mereka hanya disambut dengan sunyi dan ketidakpastian. Ironisnya, konsumsi baru diberikan jelang pukul 14.30 WIB—setelah para lansia itu menunggu lebih dari lima jam dalam kondisi kelelahan.
“Kami ini manusia, bukan robot. Kalau bukan karena tuntutan hidup, mana mungkin kami berdiri di sini,” keluh seorang nenek pensiunan yang ikut aksi sambil duduk bersandar di trotoar.
Mediasi Singkat, Masih Nihil Solusi
Sekitar pukul 14.30 WIB, sepuluh orang perwakilan pensiunan diterima untuk melakukan mediasi dengan pihak perusahaan.
Dalam pertemuan yang dipimpin oleh perwakilan aksi, Irianto, pihak manajemen melalui Head Regional I PTPN II, Didik Prasetyo mengakui bahwa belum ada keputusan yang bisa diambil karena rencana rapat RKO yang sedianya digelar hari itu terpaksa ditunda.
“Kami minta maaf belum bisa beri jawaban sekarang. Besok, kami akan undang kembali perwakilan untuk pembahasan lanjutan,” kata Didit.
Pernyataan ini justru memantik rasa kecewa di kalangan peserta aksi, karena selama ini mereka sudah terlalu sering mendengar janji tanpa realisasi.
Diabaikan Sistem, Ditinggal Sejarah
Banyak di antara para pensiunan tersebut adalah eks buruh dan karyawan masa keemasan PTPN II, yang kini merasa dipinggirkan oleh sistem. Sementara holding perkebunan BUMN lainnya seperti PTPN III dan IV mulai menata sistem pensiun secara lebih layak, para mantan karyawan PTPN II justru masih terjerat dalam perhitungan lama yang menggunakan dasar PhDP tahun 2002.
Tak hanya nilai uang pensiun yang minim, jatah beras yang dulunya menjadi bagian hak normatif pun tak pernah lagi diterima sejak 2008.
“Kami ini bukan minta sumbangan. Kami menuntut hak kami sendiri. Ini bukan soal uang semata, ini soal harga diri,” ujar salah seorang peserta aksi dengan mata berkaca-kaca.
Hingga aksi berakhir sore hari, belum ada kepastian yang diberikan. Para pensiunan pulang dengan langkah gontai dan harapan yang makin redup, menunggu apakah esok benar-benar membawa jawaban atau sekadar janji kosong yang kembali menghilang dalam sunyi.
(Rl)