Jakarta di Landa Banjir Ketinggian Rata-rata 1 Meter.

banner 120x600
Spread the love

Jakarta di Landa Banjir Ketinggian Rata-rata 1 Meter.

JAKARTA | Sumutmerdeka.id – Laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jakarta mencatat sebanyak 117 RT terendam banjir. (5/3/2025) pukul 19.00 Wib. Titik banjir paling banyak berada di kawasan Jakarta Timur yang mencapai 56 RT.

b-bara2

“BPBD mencatat saat ini genangan terjadi di 117 RT,” kata Kepala Pusat Data dan Informasi (Kapusdatin) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, Mohamad Yohan saat dikonfirmasi Kompas.com. Selasa 4 Maret 2025, 21:23 Wib.

Yohan menyampaikan, ketinggian air bervariatif mulai antara 30 hingga 400 sentimeter akibat luapan beberapa kali termasuk Kali Ciliwung, Kali Pesanggrahan, dan Kali Krukut

Faktor penyebab lainnya termasuk tersumbatnya pipa pembuangan limbah dan saluran air yang melayani populasi yang terus bertambah.

Selain itu, penggundulan hutan di dekat Bogor dan Depok yang berkembang pesat di pedalaman Jakarta.

Jakarta adalah daerah perkotaan dengan masalah sosial ekonomi yang kompleks yang secara tidak langsung berkontribusi pada pemicu terjadinya banjir.

Jumlah itu menurun dari semula ratusan RT terendam banjir. Banjir tersebar di Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Jakarta Timur, dan Jakarta Selatan

Ribuan orang terpaksa mengungsi akibat banjir.

Menurut laporan, ada sekitar 25 titik pengungsian. Pengungsi mayoritas ditampung di bangunan sekolah, RPTRA, rumah ibadah, dan kantor kelurahan, tutup BPBD DKI Jakarta, Mohamad Yohan.

Sisi lain, berkaca pada banjir Jakarta pada awal 2021, kita dapat melihat bahwa jaringan drainase kota sudah kewalahan menampung air hujan yang turun hingga menimbulkan genangan di berbagai lokasi.

Namun, secara garis besar, selain drainase ada tiga faktor utama yang kerap dianggap sebagai penyebab banjir di Jakarta:

Pertama, curah hujan ekstrem.

Tren curah hujan ekstrem dengan intensitas tinggi dan durasi singkat semakin sering terjadi.

Curah hujan ekstrem adalah dampak nyata dari krisis iklim.

Kedua, perubahan tutupan lahan.

Analisis data tutupan lahan KLHK tahun 2000 dan 2019 menunjukkan peningkatan luas hutan tanaman hingga 117.7% di kawasan hulu sungai yang mengalir menuju Jakarta, menggantikan dominasi lahan pertanian.

Luas permukiman juga tumbuh pesat hingga 47.4%, menggantikan lahan pertanian dan ruang terbuka hijau di kawasan tengah dan hilir. Di Jakarta sendiri, luas ruang terbuka hijau hanya 9.8% di tahun 2019.

Hal ini meningkatkan peluang meluapnya sungai dan jaringan drainase akibat besarnya air limpasan permukaan (runoff), belum lagi ancaman sedimentasi di sungai akibat laju erosi yang besar di kawasan hulu.

Ketiga, penurunan permukaan tanah. Penurunan permukaan tanah Jakarta mencapai rata-rata 12 cm/tahun, dan terjadi dengan lebih ekstrem di bagian pesisir utara Jakarta dengan laju penurunan hingga 25cm/tahun.

Menurut Takagi et al. (2015), hingga tahun 2050 diproyeksikan luasan banjir akibat penurunan tanah bertambah hingga 110.5 km2, setara dengan 75% luas wilayah Jakarta Utara.

Beban bangunan di permukaan dan ekstraksi air tanah berlebih turut mempercepat laju penurunan tanah.

Saat ini masih ada 35% warga Jakarta yang menggunakan air tanah untuk kebutuhan harian. Akibatnya, tinggi muka air tanah di Jakarta semakin dangkal dan kapasitas simpan air menjadi lebih rendah. (Tim Redaksi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *